KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin,
banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala
puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Analisis Model Interaksi Edukatif”.
Dalam
penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang telah
memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah
semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis
berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu
ada yang kurang.
Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah
ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi semua pembaca.
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL........................................................................................ i
KATA
PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR
ISI.................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar
Belakang................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................. 2
A. Prinsip-prinsip
Interaksi Edukatif................................................... 2
B. Tahap-tahap
Interaksi Edukatif....................................................... 4
C. CBSA
dalam Interaksi Edukatif...................................................... 6
D. Pola
Pelaksanaan Keterampilan Proses...................................... 7
E. Keberhasilan
Interaksi Edukatif..................................................... 9
BAB
III TANGGAPAN................................................................................... 11
BAB
IV PENUTUP........................................................................................ 12
A. Kesimpulan........................................................................................ 12
B. Saran................................................................................................... 12
DAFTAR
RUJUKAN..................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Interaksi yang berlangsung dalam
kehidupan di sekitar manusia dapat diubah menjadi interaksi yang bernilai
edukatif. Interaksi yang dapat disebut interaksi edukatif apabila secara sadar
mempunyai tujuan untuk mendidik dan untuk mengantarkan anak didik kea rah
kedewasaannya. Dalam hal ini yang menjadi pokok adalah maksud dan tujuan
berlangsungnya interaksi tersebut, karena kegiatan interaksi itu memang
direncanakan atau disengaja. Kesadaran dan kesenjangan melibatkan diri dalam
proses pembelajaran pada diri siswa dan guru akan dapat memunculkan berbagai
interaksi belajar.
Belajar mengajar adalah sebuah
interaksi yang bernilai normatif, yang artinya didalam prosesnya anak didik
berpegang pada ukuran, norma dan nilai yang diyakininya. Setiap interaksi
belajar mengajar pasti bertujuan. Tujuan ini menentukan cara dan bentuk
interaksi. Dalam mengajar terjadi suatu proses menguji strategi dan rencana
yang memungkinkan timbulnya perbuatan belajar pada siswa . Interaksi edukatif
harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagai
mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif.
Semua unsur interaksi edukatif harus berproses dalam ikatan tujuan pendidikan.
Karena itu, interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah
antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PRINSIP-PRINSIP INTERAKSI EDUKATIF
Pendidikan dan
pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sdar tujuan dengan
sistematis dan terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak
didik. Pestalozi mengatakan bahwa makna dan tujuan pendidikan itu adalah hilfe
zur selbsthilfe, astinya adalah pertolongan untuk pertolongan diri.
Interaksi
edukatif dalam pelaksanaanya tidak sepi dari masalah, ketika teori itu sudah
dianggap sempurna atau sesuai teori, namun dalam pelaksanaanya ternyata banyak
menemui kendala diantaranya ketika seorang pendidik dalam proses mengajarnya
telah sesuai dengan teori dan stratergi pembelajarannya namun murid belum mampu
memahami dari pelajaran yang telah diberikan.
Maka untuk
membantu guru dalam membuat paham palajaran terhadap anak didik, ada beberapa
prinsip untuk menuju anak didik yang kreatif dan aktif. Didalam penerapan
prinsip-prinsip ini harus mempertimbangkan akibat kepada anak didik, apabila
prinsip ini tidak dikuasai dengan benar oleh pendidik maka tidak akan terjadi
pengajaran yang kondusif seperti yang telah direncanakan sejak awal.
Prinsip-prinsip itu adalah:
1.
Prinsip
Motivasi
Motifasi adalah
membuat anak didik menjadi semangat untuk belajar, motifasi anak didik yang
satu dengan yang lain berbeda sehingga perlu ada variasi didalam memberikan
motifasi. Motifasi ekstrinsik yang bersumber dari luar perlu diberikan oleh
pendidik, salah satunya dengan diberikan hadiah, pujian dan sebagainya,
kemudian pendidik harus mampu mendorong rasa igin tahu, ingin mencoba, mandiri,
dan ingin maju dari dalam anak didik, sehingga anak didik dapat tumbuh dan
berkembang dan berhasil.
2.
Prinsip
Berangkat dari Persepsi yang Dimiliki
Setiap anak
didik mempunyai latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang berbeda, maka
dengan latar belakang itu seorang pendidik harus memperhatikan bahan apersepsi
dari yang dibawa setiap anak didik dari lingkungan kehidupan mereka, apabila
latar belakang itu dapat dikaitkan dengan penjelasan guru, maka akan memudahkan
anak didik dalam menerima pelajaran, memahami pengalaman, dan dapat memusatkan
perhatian anak didik.
3.
Prinsip
Mengarah Kepada Titik Pusat Perhatian Tertentu
Pelajaran yang
direncanakan dalam suatu bentuk pola akan dapat mengaitkan bagian yang terpisah
dalm suatu pelajaran, pola dapat membantu anak didik dalam memusatkan suatu
masalah yang hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab dan
merumuskan konsep yang hendak ditemukan.
4.
Prinsip
Keterpaduan
Penjelasan yang
dikaitkan antara satu pokok bahasan dengan pokok bahasan yang lain dalam mata
pelajaran yang berbeda. Misalnya, dalam menjelaskan pokok bahasan moral dalam
mata pelajaran pendidikan Pancasila, guru menghubungkannnya dengan masalah
akhlak dalam mata pelajaran akidah akhlak. Katerpaduan dalam pembahasan dan
peninjauan ini akamn memnbantu dalam memadukan perolehan belajar dalam kegiatan
interaksi edukatif.
5.
Prinsip
Pemecahan Masalah yang Dihadapi
Interaksi
edukatif dalam kegiatannya perlu menciptakan masalah untuk dipecahkan anak
didik dikelas sebagai proses pembelajaran, ini dikaitkan dengan indikator
kemampuan anak didik terhadap pelajarannya, sehingga anak didik mampu
menyelesaikan masalah yang akan dihadapinya.
6.
Prinsip
Mencari, menemukan, dan Mengembangkan Sendiri
Anak didik
sebagai individu yang mempunyai potensi mencari dan mengembangkan dirinya. Anak
didik harus diberi ruang yang secukupnya oleh guru agar dapat mencari,
menemukan, dam mengembangkan imfomasi yang ada.
7.
Prinsip Belajar
Sambil Bekerja
Prinsip yang
dikembangkan dalam konsep belajar secara realistis, atau belajar sambil bekerja
(learning by doing). Belajar sambil melakukan aktifitas lebih banyak
mendatangkan hasil bagi anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak
anak didik.
Sebuah teori
tidak akan mampu tersimpan dengan lama apabila tidak disertai denagn praktek,
praktek akan lebih mudah diingat dalam otak karena suatu pekerjaan itu sudah
pernah dilakukan.
8.
Prinsip
Hubungan Sosial
Arti dalam
hubungan sosial ini adalah saling bekerja sama dalam proses belajar, yaitu
belajar dalam model kelompok. Belajar bersama merupakan salah satu cara untuk
menggairahkan anak didik dalam menerima pelajaran dari guru, anak didik yang
bersemangat apabila belajar sendiri akan lebih bersemangat apabila dilibatkan
dalam kerja kelompok. Tugas akan lebih mudah dikerjakan, apabila dikerjakan
dengan berkelompok.
9.
Prinsip
Perbedaan Individual
Dalam proses
pembelajara, guru dihadapkan dengan segala perbedaan yang berasal dari setiap
individu, maka seorang pendidik harus mampu memahami setiap perbedaan-perbedaan
yang muncul dari anak didik. Keberhasilan akan dicapai dengan sukses apabila
pendidik mampu memahami anak didiknya tersebut.
B.
TAHAP-TAHAP INTERAKSI EDUKATIF
R.D.
Conners, mengidentifikasikn tugas mengajar guru yang bersifat suksesif menjadi
tiga tahap. Tahap-tahap tersebut adalah tahap sebelum pangajaaran (pre-active),
tahap pengajaran (inter-active), dan tahap sesudah pengajaran (post-active).
Dengan
tahap-tahap itu maka guru dapat mengikuti uraian sebagai berikut:
a.
Tahap Sebelum
Pengajaran
Tahap ini
adalah penyusunan program oleh seorang guru, seperti pelaksanaan kurikulum,
program tahunan, dan perencanaan program pembelajaran. Adapun aspek yang
berkaitan dengan perencanaan program di atas yaitu:
1. Bekal bawaan
anak didik.
2. Perumusan
tujuan pembelajaran.
3. Pemilihan
metode.
4. pemilihan
pengalaman-pengalaman dalam belajar.
5. Pemilihan bahan
dan peralatan belajar.
6. Mempertimbangkan
jumlah dan karakteristik anak didik.
7. Mempertimbangkan
jumlah jam pelajaran yang tersedia.
8. mempertimbangkan
pola pengelompokan.
9. mempertimbangkan
prinsip-prinsip belajar.
b.
Tahap
Pengajaran
Antara guru dan
anak didik disini akan berinteraksi begitu juga anak didik dengan sesamanya.
Dan dengan kelompok. Ini adalah tahap pelaksanaan dari aspek-aspek yang telah
direncanakan, diantaranya dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Pengelolaan dan
pengendalian kelas.
2. Penyampaian
informasi.
3. Penggunaan
tingkah laku verbal dan nonverbal.
4. Merangsang
tanggapan balik dari anakl didik.
5. Mempertimbangkan
prinsip-prinsip belajar seperti yang telah dijelaskan di atas.
6. Meneliti
kesulitan-kesulitan dalam belajar.
7. Mempertimbangkan
perbedaan individual.
8. Mengevaluasi
kegiatan dari proses interaksi edukatif.
c. Tahap Setelah
Pelajaran
Pada tahap ini
dilaksanakan setelah proses tatap muka antara guru dan anak didik, diantaranya
adalah:
1. Menilai
pekerjan anak didik.
2. Menilai dari
individu seorang guru.
3. Membuat
perencanaan untuk pertemuan berikutnya.
C. BSA DALAM
INTERAKSI EDUKATIF
Cara belajar
siswa aktif (CBSA) atau student active learning bukan dislipin ilmu atau
teori, melainkan merupakn cara, teknik atau dengan kata lain disebut tegnologi.
Menurut teori pengajaran CBSA adalah konsekuensi logis dari pengajaran yang
seharusnya terjadi, yaitu tuntutan logis dari hakikat belajar dan hakikat
mengajar.
Konsepnya adalah suatu proses kegiatan
interaksi edukatif yang subyeknya adalah anak didik yang terlibat secara
intelektual dan emusional, sehingga anak didik bisa berpartisipasi dalam
melakukan proses kegiatan belajar. Dilihat dari subyek anak didik, CBSA sebagai
proses kegiatan yang dilakukan oleh anak didik dalam rangka belajar, sedangkan
dari guru adalah bagian dari strategi mengajar yang menuntut keaktifan optimal
dari subyek anak didik.
1. Penerapan CBSA
dalam Interaksi Edukatif
Kegiatan
belajar mengajar harus bisa membuat anak didik menjadi anak yang aktif, ini
didukung dengan perencanaan yang telah dibuat, kegiatan belajar dikelas oleh
anak didik harus bisa menjadi proses pembelajaran yang aktif dengan beberapa
prinsip yang dilakukan oleh seorang guru dalam upaya mengaktifkan pembelajaran,
dalam upayanya yaitu mewujudkan stimulus belajar, perhatian, motivasi,
penguatan, dan umpan balik serta pemakaian dan pemindahan.
2. Indikator CBSA
Ini dilihat
dari lima komponen yaitu aktivitas belajar anak didik, aktivitas guru, program
belajar anak didik, situasi belajar dan sarana belajar.uraiannya adalah sebagai
berikut:
a.
Aktivitas
Belajar Anak Didik
Meliputi
penerapan konsep, aktif dalam pemacahan masalah, partisipasi dalam tugas,
berpendapat, penggunaan sarana belajar dan beruipaya menilai hasil
belajar yang dicapai serta ada pertanyn/meminta tanggapan dari seorang guru.
b. Aktivitas Guru
mengajar
Guru memberikan
konsep-konsep yang telah direncanakan, pemberian tugas/masalah, membantu dalam
belajar, memberi motifasi, melaksanakan metode, pelaksanaan penilaian dan
terakhir penjelasan tentang tercapainya tujuan belajar.
c.Program
Belajar
Disajikan dalam
bentuk uraian dan dipecahkan oleh anak didik, mengandung fakta, mengembangkan
kemampuan, ada media dan alat bantu, urutan secara sistematis dan dapat
melayani sesuai perbedaan antara anak didik.
d. Suasana Belajar
Bersifat bebas
untuk melakukan interaksi, terjalin hubungan sosial antara guru dan murid dan
menarik bagi anak didik.
e.Sarana
Belajar
Dalam berbagai
pelajaran ada alat yang tersedia, pengaturan ruang yang sesuai dan guru bukan
satu-satunya sumber belajar melainkan sebagai pembimbing bagi anak didik.
3.
Indikator
keberhasilan Belajar
Ada beberapa
indikator untuk dijadikan tolak ukur keberhasilan belajar anak didik, yaitu
sebagai berikut:
a. Penguasaan bahan pelajaran dan penguasaan teknik atau
cara mempelajari suatu bahan pelajaran.
b. Waktu yang diperlukan dalam penguasaan bahan pelajaran
c. Teknik yang digunakan dan yang telah dikuasai
d. Timbulnya motifasi dan ketrampilan dalam memecahkan
masalah
e. Kesediaan anak didik untuk menerima pandangan orang lain
dan memberi gagasan atau komentar terhadap pendapat orang lain.
D.
POLA PELAKSANAAN KETRAMPILAN PROSES DAN CBSA
1.
Pelaksanaan
Ketrampilan Proses
Pendekatan
dalam proses interaksi edukatif, dengan tujuan meningkatkan kemampuan anak didik
menyadari, memahami dan menguasai rangkaian bentuk kegiatan yang berhubungan
dengan hasil belajar yang dicapai. Yang dimaksud dengan rangkaian disini adalah
mengamati, menggolongkan, menafsirkan, merencanakan penelitian, dan
mengkomunikasikan.
a.
Tujuan dan
Lingkup Kegiatan
Bertujuan
pengembangan kreativitas dengan lingkup kegiatan bertolak pada fisik dan mental
yang sesuai dengan pribadi anak didik.
b.
Asas
Pelaksanaan Kegiatan
Dalam
pelaksanaanya diantaranya harus sesuai dengan tujuan kurikulum, mempunyai
pemikiran bahwa kemampuan ada dalam setiap anak didik serta pemberian
motivaasi, dorongan dan ada pembinaan terhadap kemampuan anak didik untuk
mengolah hasil temuannya.
c.
Bentuk
Pelaksanaan Kegiatan
Dapat dilakukan
dengan berbagai cara diantaranya; mengamati, pengklasifikasian, penafsiran,
prediksi atau gambaran, penerapan, merencanakan penelitian, dan komunikasi.
d.
Langkah-Langkah
Pelaksanaan Ketrampilan Proses
1)
Pendahuluan,
yaitu mempersiapkan mental anak didik untuk menerima bahan pelajaran baru.
2) Pelaksanaan,
berisi penjelasan materi, perumusan hasil pengamatan, penafsiran hasil diskusi
kelompok, dan menginformasikan kepada oraang lain, misaaala dengan ceramah atau
mengarang.
3) Penutup, yaitu
pengkajian ulang kegiatan yang telah dilakukan, ada tes akhir atau ada tugas
yang lain.
2.
Pelaksanaan Cara belajar
siswa Aktif
a. Tujuan dan
Ruang Lingkup Kegiatan CBSA
Tujuannya
adalah membentuk siswa yang aktif dalam belajar dengan pengembangan kemampuan
pribadi anak didik, dengan kegiatan sebagai berikut:
1.
Pembelajaran
materi atau konsep belajar.
2.
Merasakan dan
mengalami kegunaan dan mengembangkan rasa ingin tahu.
3.
Belajar dalam
kelompok, belajar sendiri, dan mencoba menemukan kejadian dari gagasan baru.
4.
mempunyai
kemampuan berkomunikasi dalam menghasilkan penemuan baru.
b. Asas
pelaksanaan kegiatan CBSA
Yaitu motivasi, kesiapan dalam belajar, jalinan sosial, belajar dan
berbuat, anak didik dapat menumbuhkan potensinya dan kecerdasan memecahkan
masalah.
c. Bentuk
Pelaksanaan kegiatan CBSA
Selalu berusaha
melibatkan anak didik sebanyak mengkin dalm proses interaksi edukatif dalam
bentuk perorangan atau kelompok.
d. Langkah-Langkah
CBSA
1) Pendahuluan,
membicarakan pelajaran yang telah lalu dengan tugasnya, pengajuan pertanyaan,
menunjuk gambar atau model yang berkaitan dengan bahan yang baru akan
diajarkan.
2) Kegiatan, yaitu
penyampaian pelajaran disertai dengan pengajuan pertanyaan oleh anak
didik, tanggapan atas pertanyaan dan guru sebagai penengah dan
pembimbing.
3) Evaluasi dengan
tes akhir secara lisan atau tertulis
4) Penutup, dengan
tugas kokurikuler sesuai dengan program yang telah ada.
E. KEBERHASILAN INTERAKSI
EDUKATIF
a.
Pengertian,
apabila sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan sejak awal pertemuan.
b.
Indikator,
meliputi daya serap terhadap pelajaran.
c.
Penilaian Keberhasilan,
yaitu berupa tes Formatif ( perbaikan proses interaksi edukatif suatu bahan),
tes Subsumatif (diperhitungkan dalam rapor), tes Sumatif (mengukur daya serap
pada satu periode).
d.
Tingkat
keberhasilan:
1. Istimewa :
seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai.
2. Baik sekali:
sebagian besar pelajaran dikuasai.
3. Baik: hanya
rata-rata yang dapat dikuasai.
4. Kurang :
apabila pelajaran yang dikuasai kurang.
e.
Program
perbaikan
1. Apabila 75%
anak didik yang mengikuti proses interaksi berhasil dengan maksimal maka dapat
melanjutkan kepada tema yang baru.
2. Apabila 75%
anak didik yang mengikuti proses interaksi berhasil kurang maksimal maka
hendaknya dilakukan perbaikan (remidali).
Dalam proses keberhasilan, pengukuran harus benar-benar
valid dan lugas, perbaikan biasanya mengandung kegiatan :
1. Mengulang pokok
bahasan.
2. Mengulang
sebagian pokok bahasan
3. Memecahkan
masalah bersama-sama
4. Memberikan
tugas khusus
BAB III
TANGGAPAN
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah
interaksi pada dasarnya menekankan pada hubungan timbal balik antara orang satu
dengan orang lainnya. Sebagai makhluk sosial, kecenderungan manusia untuk
berhubungan dengan yang lain melahirkan komunikasi dua arah, baik melalui
bahasa atau perbuatan karena ada aksi maka reaksi pun terjadi dan inilah unsur
yang membentuk interaksi.
Namun
perlu di pahami bahwa tidak semua interaksi dapat di katakan dengan interaksi
edukatif atau interaksi pendidikan. Oleh karena itu, yang di maksud dengan interaksi
edukatif di sini adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk
tujuan pendidikan dan pengajaran.
Tahap
– tahap interaksi edukatif diantaranya yaitu tahap sebelum pengajaran, tahap
pengajaran dan tahap sesudah pengajaran.
B. Saran
Suatu
model pembelajaran yang bertujuan agar siswa berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran sangatlah baik namun yang terpenting haruslah guru sebagai
pendidik sekaligus pengajar harus dapat menggunakan berbagai teknik, strategi
dan model pembelajaran interaktif yang sesuai dengan minat siswa. Selain itu
guru juga harus pandai menggunakan model interaktif yang cocok dengan materi
yang akan diajarakan, tujuan dari pembelajaran dan memahami karakter siswa agar
mudah untuk mengarahkan siswa.
Mungkin
dengan pembahasan masalah diatas mengenai interaksi edukatif dapat sebagai
panduan bagi guru bagaimana memilik metode pembelajaran yang sesuai dengan
materi, situasi dan kondisi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah,Sri. 2009. Teknologi
Pembelajaran. Surakarta: UNS Press
Djamarah,
Syaiful Bahri, Drs.2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta : PT. Rineka Cipta
Hasibuan,J.J.
Drs., Dip. Ed. Drs. Moedjiono.1992. Proses Belajar Mengajar.
Bandung:Remaja Rosdakarya Offset.
Wingkel.2004.Bimbingan
dan Konseling di Institusi Pendidikan.Jakarta:PT Gramedia
0 komentar:
Posting Komentar