KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan taufik
dan hidayah-NYA kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai
kepada kita selalu umatnya. Aamiin.
Makalah ini menyajikan tentang akhal dalam pergaulan. Selain itu
Penyusun juga memaparkan dalam makalah ini hikmah atau manfaat bergaul dalam
islam
Seiring dengan berakhirnya penyusunan makalah ini, sepantasnyalah penulis
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah turut membantu
penyusun dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu peyusun berharap adanya kritik dan saran yang membangun.
Penyusun berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun
pembaca dan mudah-mudahan makalah ini dijadikan ibadah di sisi Allah Swt. Aamiin.
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1.
Latar Belakang.......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
2.1. Pengertian Akhlak..................................................................................... 2
a.
Ruang Lingkup Akhlak.................................................................... 3
b.
Kedudukan dan keistimewaan Akhlak............................................ 3
c.
Akhlak dalam bergaul....................................................................... 4
2.2. Adab bergaul dalam
islam......................................................................... 5
a.
Moral, Respek, Komunatif............................................................... 5
b.
Pergaulan Muslim dengan non Muslim............................................ 5
c.
Pergaulan Sesama Muslim................................................................ 6
d.
Pergaulan antar Generasi.................................................................. 6
e.
Pergaulan dengan orang yang dihormati.......................................... 6
f.
Pergaulan dengan orang tua dan keluarga........................................ 6
g.
Pergaulan dengan tetangga............................................................... 7
h.
Pergaulan dengan antar jenis............................................................ 7
i.
Rambu-rambu islam tentang pergaulan............................................. 7
2.2. Manfaat Pergaulan..................................................................................... 9
a.
Ajang memastikan identitas diri....................................................... 10
b.
Meningkatkan kemampuan berinteraksi........................................... 10
c.
Memenuhi Kebutuhan Otonomi....................................................... 11
d.
Memperkaya Pengalaman................................................................. 11
BAB III PENUTUP......................................................................................... 12
3.1.
Kesimpulan.................................................................................... 12
3.2.
Saran.............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
13
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengertian
Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlak”
berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut
logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat
tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan “khalkun” yang
berarti kejadian, serta erat hubungan ” Khaliq” yang berarti Pencipta dan
“Makhluk” yang berarti yang diciptakan. Pengertian akhlak adalah kebiasaan
kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak
.Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengeri benar akan kebiasaan
perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan
tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak maka
dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,
pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu
kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.Dengan
demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun
sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang
itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang
sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni
pembuatan itu selalu diulang – ulang dengan kecenderungan hati (sadar)2 .Akhlak
merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,
pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu
kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua
yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam
diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang
baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna,
mana yang cantik dan mana yang buruk.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Akhlak
Diterjemah
dari kitab Is’af thalibi Ridhol Khllaq bibayani Makarimil Akhlaq.Akhlak adalah
sifat-sifat dan perangai yang diumpamakan pada manusia sebagai gambaran batin
yang bersifat maknawi dan rohani.Dimana dengan gambaran itulah manusia
dibangkitkan disaat hakikat segala sesuatu tampak dihari kiamat nanti.
Akhlak
adalah kata jamak dari khuluk yang kalau dihubungkan dengan manusia,kata khuluk
lawan kata dari kholq. Perilaku dan tabiat manusia baik yang terpuji maupun
yang tercela disebut dengan akhlak.Akhlak merupakan etika perilaku manusia
terhadap manusia lain,perilaku manusia dengan Allah SWT maupun perilaku manusia
terhadap lingkungan hidup.
Secara
terminologis (ishthilabah) ada beberapa definisi tentang akhlaq :
1. Imam
Al-Ghazali
Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
2.IbrahimAnis
Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah
macam-macam perbuatan.
3.
AbdulKarimZaidan
Akhlaq adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan
sorotan dan timbangannya, seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk.
Dari keterangan diatas. Jelaslah bagi kita bahwa akhlaq itu haruslah bersifat
konstan, spontan, tidak temporer dan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan
serta dorongan dari luar. Sekalipun dari beberapa definisi di atas kata akhlak
bersifat netral, belum merunjuk kepada baik dan buruk, tapi pada umumnya
apabila disebut sendirian, tidak dirangkai dengan sifat tertentu, maka yang
dimaksud adalah akhlak yang mulia. Misalnya, bila seseorang berlaku tidak sopan
kita mengatakan padanya. “kamu tidak berakhlak”. Padahal tidak sopan itu adalah
akhlaknya.
a. Ruang
Lingkup Akhlak
Muhammad Abdullah dias dalam bukunya dhuztur al ahlak fial-Islam membagi ruang
lingkup akhlak menjadi lima bagian.
1. Akhlak
Pribadi (al-Fardiyah) terdiri dari :
a. Kewajiban timbal balik
orang tua dan anak,
b. Kewajiban suami istri,
c. kewajiban terhadap
kerabat
2. Akhlak bermasyarakat
terdiri dari :
a. yang dilarang,
b. yang diperintahkan,
c. keadaan-keadaan adab
3. Akhlak bernegara terdiri
dari :
a.Berhubung antara pemimpin dan rakyat,
b.Hubungan luar negeri.
4. Akhlak beragama
yaitu kewajiban terhadap Allah SWT :
5. Akhlak pribadi
terdiri dari :
a. Yang diperintahkan,
b. Yang dilarang,
c. Yang dibolehkan.
b. Kedudukan dan
Keistimewaan Akhlak dalam Islam
Dalam
keseluruhan ajaran Islam akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting.
Hal itu dapat di lihat dari uraian di bawah ini :
1. Rasulullah SAW
menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai risalah pokok Islam.
2. Akhlak merupakan
salah satu ajaran pokok agama Islam.
c.
Akhlak Dalam Bergaul
Dalam ajaran islam manusia sebagai makhluk sosial memang di sunnahkan untuk
melakukan pergaulan, sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al-Hujurat ayat
13 yang berbunyi :
Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”
Ayat Allah ini memberi petunjuk dan motivasi kepada manusia, agar melakukan
pergaulan atau berintraksi sosial antara satu dengan lainnya, baik dengan
teman sebaya, teman sejenis maupun teman lain jenis. Pergaulan juga dilakukan
dengan orang yang berbeda agama, bahasa, adat istiadat dan budayanya. interaksi
sosial dalam pergaulan itu hendaknya di peroyeksikan sebagai wahana saling
mengenal, membaca tabiat kelebihan dan pengalaman bangsa yang satu dengan
bangsa yang lainnya.
pergaulan atau berintraksi sosial antara satu dengan lainnya, baik dengan
teman sebaya, teman sejenis maupun teman lain jenis. Pergaulan juga dilakukan
dengan orang yang berbeda agama, bahasa, adat istiadat dan budayanya. interaksi
sosial dalam pergaulan itu hendaknya di peroyeksikan sebagai wahana saling
mengenal, membaca tabiat kelebihan dan pengalaman bangsa yang satu dengan
bangsa yang lainnya.
Islam jelas mengajarkan dan mendorong manusia agar melakukan pergaulan dalam
rangka mengenal satu dengan yang lainnya { dalam rangka ta’aruf },pertanyaannya
yang muncul kemudian ialah bagaimana pergaulan yang Islami itu, bagaimana
pergaulan mesti dilakukan dengan tidak melanggar ajaran Islam, ketika harus
bergaul dengan : teman sebaya,dengan sesame jenis, dengan lain jenis dan dengan
orang lain agama. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu Islam menunjukkan
ketinggian dan keluhuran ajarannya, karena pada perinsipnya ajaran Islam justru
memberi ruang seluas-luasnya pada manusia untuk melakukan pergaulan sesama
manusia, meski berbeda agama, jenis kelamin, warna kulit, adat istiadat,
budaya, bahasa, suku bangsa dan lain-lainnya. Akan tetapi pergaulan itu adalah yang
dilandasi oleh etika dan penghargaan terhadap nilai-nilai agama, adat istiadat
dan budaya serta menghormati harkat dan martabat kemanusiaan. Dengan kata lain
pergaulan Islami adalah bentuk intraksi sosial yang menjunjung tinggi
nilai-nilai ketuhanan (teoisme), nilai kemanusiaan (Humanisme), nilai persamaan
(Egaliterianisme), nilai perdamaian (koeksistentionisme) dan nilai keadilan
(justisisme). Bertolak dari nilai-nilai tersebut pergaulan islami karenanya
tidak memberikan kesempatan kepada manusia untuk melakukan pergaulan bebas
tanpa batas, meskipun dengan dalih HAM dan kebebasan. Budaya free love, free
sex, kumpul kebodan semacamnya yang berakibat timbulnya penyakit Aids yang
dialami sebagian umat manusia jelas tidak islami dan bertentangan dengan
ajaran Islam.
2.2 Adab
Pergaulan dalam
Islam
Rasulullah.
Beliau adalah sosok yang menyenangkan. Wajahnya sumringah di hadapan
sahabat-sahabatnya. Beliau amat baik kepada keluarganya dan amat penyayang
kepada anak-anak. Nah, kita sendiri yang juga muslim ini bagaimana? Bisa tidak
seperti beliau?
a) Moral
– Respek – Komunikatif
Menjadi gaul yang islami
insyaallah bisa kita lakukan dengan minimal tiga kunci, yaitu:
1) Moral,
artinya selalu berkomitmen kepada aturan-aturan dan nilai-nilai Islam
2)
Respek, artinya menghargai orang lain
3)
Komunikatif, Pandai menjalin komunikasi.
b) Pergaulan
Seorang Muslim dengan Non Muslim
Dalam perkara-perkara umum (sosial) kita tetap menjalin hubungan yang baik
dengan non muslim sekalipun. Contoh baik: Nabi berdiri ketika iring-iringan
jenazah non muslim melewati beliau.
c) Pergaulan
Sesama Muslim
Sesama muslim adalah bersaudara, seperti tubuh yang satu dan seperti satu
bangunan yang kokoh dan saling mendukung antar bagiannya.Pergaulan sesama
muslim dibalut dengan ukhuwah islamiyah. Ada banyak hak saudara kita atas diri
kita, diantaranya sebagaimana dalam hadits Nabi:
1) Jika
diberi salam hendaknya menjawab
2) Jika
ada yang bersin hendaknya kita doakan
3) Jika
diundang hendaknya menghadirinya
4) Jika
ada yang sakit hendaknya kita jenguk
5) Jika
ada yang meninggal hendaknya kita sholatkan dan kita antar ke pemakamannya
6) Jika dimintai nasihat hendaknya
kita memberikannya.Juga: tidak meng-ghibah saudara kita, tidak memfitnahnya,
tidak menyebarkan aibnya, berusaha membantu dan meringankan bebannya, dan
sebagainya.
Jika kamu mencintai
saudaramu, ungkapkan. Hadiah juga bisa menumbuhkan rasa cinta diantara kita.
Jangan mudah mengkafirkan sesama muslim kecuali jika ada sebab yang benar-benar
jelas dan jelas.
d) Pergaulan
Antar Generasi
Yang tua menyayangi yang lebih muda. Yang muda
menghormati yang lebih tua.
e) Pergaulan
dengan Orang yang Dihormati
Hormatilah orang yang dihormati oleh kaumnya. Bagi orang-orang yang biasa
dihormati, jangan gila hormat, penghormatan harus tetap dalam bingkai syariat
Islam. Contoh orang-orang yang bisa dihormati: tokoh masyarakat, pejabat atau
penguasa, orang-orang yang mengajari kita, dan sebagainya.
f) Pergaulan
dengan Ortu dan Keluarga
Bersikap santun dan lemah lembut kepada ibu dan bapak, terutama jika telah
lanjut usianya. Terhadap keluarga, hendaknya kita senantiasa saling
mengingatkan untuk tetap taat kepada ajaran Islam. Sebagaimana Nabi telah
melakukannya kepada Ahlu Bait. Dan Allah berfirman: Quu anfusakum wa ahliikum
naara.
g) Pergaulan
dengan Tetangga
Tetangga harus kita hormati. Misalnya dengan tidak menzhalimi, menyakiti dan
mengganggunya, dengan membantunya, dengan meminjaminya sesuatu yang dibutuhkan,
memberinya bagian jika kita sedang masak-masak.
h) Pergaulan
Antar Jenis
Sudah menjadi fithrah, laki-laki tertarik kepada wanita dan demikian pula
sebaliknya. Islam telah mengatur bagaimana rasa tertarik dan rasa cinta
diantara dua jenis manusia itu dapat disalurkan. Bukan dengan pacaran dan
pergaulan bebas. Tetapi dengan ikatan yang kuat (mitsaq ghaalizh): pernikahan.
Jadi, ada batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan diluar
pernikahan.
i) Rambu-rambu
Islam tentang pergaulan
Islam adalah agama yang syamil (menyeluruh) dan mutakamil (sempurna). Agama
mulia ini diturunkan dari Allah Sang Maha Pencipta, Yang Maha Mengetahui
tentang seluk beluk ciptaan-Nya. Dia turunkan ketetapan syariat agar
manusia hidup tenteram dan teratur.
Diantara aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia adalah aturan mengenai
tata cara pergaulan antara pria dan wanita. Berikut rambu-rambu yang harus
diperhatikan oleh setiap muslim agar mereka terhindar dari perbuatan zina yang
tercela:
Pertama,
hendaknya setiap muslim menjaga pandangan matanya dari melihat lawan jenis
secara berlebihan. Dengan kata lain hendaknya dihindarkan berpandangan mata
secara bebas. Perhatikanlah firman Allah berikut ini, “Katakanlah kepada
laki-laki yang beriman; hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih baik bagi mereka…katakanlah kepada
wanita-wanita yang beriman; hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga
kemaluannya…” (QS. 24: 30-31).
Awal dorongan syahwat adalah dengan melihat. Karena itu jagalah mata agar
terhindar dari tipu daya syaithan. Tentang hal ini Rasulullah bersabda, “Wahai
Ali, janganlah engkau iringkan satu pandangan (kepada wanita yang bukan mahram)
dengan pandangan lain, karena pandangan yang pertama itu (halal) bagimu, tetapi
tidak yang kedua!” (HR. Abu Daud).
Kedua,
hendaknya setiap muslim menjaga auratnya masing-masing dengan cara berbusana
islami. Secara khusus bagi wanita Allah SWT berfirman, “…dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah
mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya…” (QS. 24: 31).
Dalam
ayat lain Allah SWT berfirman, “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan
anak-anak perempuanmu dan juga kepada istri-istri orang mu’min: ‘Hendaklah
mereka mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga tidak diganggu. Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. 33: 59)
Dalam
hal menjaga aurat, Nabi menegaskan sebuah tata krama yang harus diperhatikan,
beliau bersabda: “Tidak dibolehkan laki-laki melihat aurat (kemaluan) laki-laki
lain, begitu juga perempuan tidak boleh melihat kemaluan perempuan lain. Dan
tidak boleh laki-laki berkumul dengan laki-laki lain dalam satu kain, begitu
juga seorang perempuan tidak boleh berkemul dengan sesama perempuan dalam satu
kain.” (HR. Muslim)
Ketiga,
tidak berbuat sesuatu yang dapat mendekatkan diri pada perbuatan zina (QS. 17:
32) misalnya berkhalwat (berdua-duaan) dengan lawan jenis yang bukan mahram.
Nabi bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah
berkhalwat dengan seorang wanita (tanpa disertai mahramnya) karena sesungguhnya
yang ketiganya adalah syaithan (HR. Ahmad).
Keempat,
menjauhi pembicaraan atau cara berbicara yang bisa ‘membangkitkan selera’.
Arahan mengenai hal ini kita temukan dalam firman Allah, “Hai para istri Nabi,
kamu sekalian tidaklah seperti perempuan lain jika kamu bertaqwa. Maka
janganlah kamu tunduk dalam berbicara hingga berkeinginan orang yang ada
penyakit dalam hatinya. Dan ucapkanlah perkataan yang ma’ruf.” (QS. 33: 31)
Berkaitan dengan suara perempuan Ibnu Katsir menyatakan, “Perempuan dilarang
berbicara dengan laki-laki asing (non mahram) dengan ucapan lunak sebagaimana
dia berbicara dengan suaminya.” (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3)
Kelima,
hindarilah bersentuhan kulit dengan lawan jenis, termasuk berjabatan tangan
sebagaimana dicontohkan Nabi saw, “Sesungguhnya aku tidak berjabatan tangan
dengan wanita.” (HR. Malik, Tirmizi dan Nasa’i). Dalam keterangan lain
disebutkan, “Tak pernah tangan Rasulullah menyentuh wanita yang tidak halal
baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hal ini dilakukan Nabi tentu saja untuk
memberikan teladan kepada umatnya agar melakukan tindakan preventif sebagai
upaya penjagaan hati dari bisikan syaithan. Wallahu a’lam. Selain dua hadits di
atas ada pernyataan Nabi yang demikian tegas dalam hal ini, beliau bersabda:
“Seseorang dari kamu lebih baik ditikam kepalanya dengan jarum dari besi
daripada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani).
Keenam, hendaknya tidak melakukan ikhtilat, yakni
berbaur antara pria dengan wanita dalam satu tempat. Hal ini diungkapkan Abu
Asied, “Rasulullah saw pernah keluar dari masjid dan pada saat itu bercampur
baur laki-laki dan wanita di jalan, maka beliau berkata: “Mundurlah kalian
(kaum wanita), bukan untuk kalian bagian tengah jalan; bagian kalian adalah
pinggir jalan (HR. Abu Dawud). Selain itu Ibnu Umar berkata, “Rasulullah
melarang laki-laki berjalan diantara dua wanita.” (HR. Abu Daud).
2.2 Manfaat
Pergaulan
Telah
di jelaskan dalam sabdanya bahwa , Rasulullah bersabda, “Seseorang itu menurut
agama temannya, karena itu hendaknya seseorang diantara kalian melihat dengan
siapa dia bergaul.” ( HR. Adu Dawud dan Tirmidzi dari abu Hurairah )
Karena itu tidak heran apabila seseorang itu
merupakann guru bagi orang lain di sekitarnya. Kepribadian seseorang itu dapat
menular atau tertular orang lain. Demikian halnya dalam etika, pergaulan dan
hubungannya dengan orang lain. Penularan itu disebabkan oleh pengaruh kedekatan
dan pengaruh cinta. Dia tidak berdiam diri kecuali dia adalah sebuah duplikasi,
yang mengulang-ngulang perkataannya, yang menampakkan perilakunya dalam
perbuatan-perbuatan nya yang tanpa disadari
Imam Ali RA berkata, “bergaullah dengan orang yang bertakwa dan berilmu,
niscaya kalian bisa mengambil manfaatnya, karena bergaul dengan orang yang suka
berbuat baik bisa diharapkan (kebaikannya). Jauhilah kerusakan, sungguh jangan
bergaul dengan orang -orang yang rusak moralnya, karena bergaul dengan mereka
akan menular kepada Anda. Janganlah menjalin hubungan dengan orang yang hina
(rendah akhlaknya) karena itu akan menular kepadamu. Pilihlah temanmu. Adapun manfaat bergaul,
yaitu:
a) Ajang
memastikan identitas diri
Anak bisa melihat apakah
dirinya populer di lingkungan teman-temannya atau tidak. Sebab, yang terlibat
jalan bareng teman adalah anak-anak yang sudah terpilih di dalam peer group-nya.
Untuk terpilih di dalam peer group biasanya harus memiliki persyaratan
tertentu. Jika anak terpilih berarti ia sudah diterima di lingkungan peer
group-nya dan ini bisa Membuat anak lebih percaya diri, ia pun akan lebih
memahami identitas dirinya.
b) Meningkatkan kemampuan berinteraksi dan ikatan
pertemanan.
Banyak hal yang bisa dilakukan saat jalan bareng teman, mereka bisa tukar pikiran, sharing, saling membantu, saling mengingatkan, dan lainnya. Secara langsung hal ini akan meningkatkan kemampuan anak dalam berinteraksi sosial. Kegiatan ini pun akan meningkatkan kemampuan anak dalam ikatan pertemanannya.
Banyak hal yang bisa dilakukan saat jalan bareng teman, mereka bisa tukar pikiran, sharing, saling membantu, saling mengingatkan, dan lainnya. Secara langsung hal ini akan meningkatkan kemampuan anak dalam berinteraksi sosial. Kegiatan ini pun akan meningkatkan kemampuan anak dalam ikatan pertemanannya.
c) Memenuhi
kebutuhan otonomi
Saat jalan bareng teman, anak bisa dan bebas menentukan sendiri apa yang ia mau. Hal ini membuatnya senang karena otonominya saat itu digunakan dengan lebih leluasa, bebas dari aturan yang mungkin menurutnya mengekang. Selama hal tersebut wajar, tidak masalah.
Saat jalan bareng teman, anak bisa dan bebas menentukan sendiri apa yang ia mau. Hal ini membuatnya senang karena otonominya saat itu digunakan dengan lebih leluasa, bebas dari aturan yang mungkin menurutnya mengekang. Selama hal tersebut wajar, tidak masalah.
d) Memperkayapengalaman
Pengalaman anak terhadap dunia luar akan meningkat.
Misalnya, ketika menonton film di bioskop, ia tahu banyak informasi yang di
sajikan di film tersebut; ketika makan di restoran, ia jadi tahu bahwa makanan
di restoran berbeda dari masakan di rumah; ketika bermain di game zone,
ia tahu situasi dan kondisinya yang begitu ramai dan riuh; ia juga bisa bertemu
dengan berbagai karakter orang beserta gaya dan model berbusananya; ia tahu apa
saja yang sedang tren pada saat itu, dan banyak lagi.
BAB III
PENUTUP
3.3
Kesimpulan
Dari uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa pria dan wanita memang harus menjaga
batasan dalam pergaulan. Dengan begitu akan terhindarlah hal-hal yang tidak
diharapkan. Tapi nampaknya rambu-rambu pergaulan ini belum sepenuhnya difahami
oleh sebagian orang. Karena itu menjadi tanggung jawab kita menasehati mereka
dengan baik. Tentu saja ini harus kita awali dari diri kita masing-masing.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita dan menjauhkannya dari perbuatan
tercela dan perbuatan yang tidak terpuji. Amin.
3.2
Saran
Pergaulan dan persahabatan yang baik tidak sampai putus
karena permasalahan yang
tidak prinsip dan sepele atau karena informasi negatif yang belum jelas
kebenarannya terhadap sahabat kita. Sebab sebagai sahabat sesama muslim
mempunyai kewajiban terhadap saudaranya untuk saling tolong menolong. Allah SWT
berfirman : “Dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa dan jangan
saling menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan”. (Q.S. Al-Maidah : 2).
Wallahu A’lam.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar