KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin,
banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala
puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Aplikasi komunikasi pada pasien
gangguan pendengaran dan penglihatan”.
Dalam penyusunannya,
penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah
semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis
berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu
ada yang kurang.
Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat
lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca.
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1.Latar
Belakang........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
2.1. Aplikasi
Komunikasi pada pasien gangguan pendengaran........................ 2
2.2. Aplikasi Komunikasi pada pasien
gangguan penglihatan.......................... 8
BAB III PENUTUP......................................................................................... 16
3.1.Kesimpulan................................................................................................. 16
3.2. Saran.......................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dewasa ini profesi perawat semakin marak.banyak yang
membutuhkan tenaga perawat. Baik di Rumah sakit, balai pengobatan maupun di
puskesmas. Untuk menjadi perawat yang profesional dibutuhkan keterampilan dari
segi kemampuan komunikasi ataupun skill dalam merawat pasien. Agar tujuan bisa
tercapai, perlu adanya komunikasi yang lancar antara pasien dengan perawat.
Komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan pasien disebut komunikasi secara terapeutik.
Tujuan dari komunikasi ini adalah membantu pasien untuk
mengurangi beban perasaan dan pikiran serta mengurangi keraguan pada diri
pasien. Agar pasien lebih terbuka sehingga proses penyembuhan dapat berjalan
secara efektif.
Komunikasi
juga dapat dilakukan oleh penderita buta dan tuli, dengan mengtahui tehnik
komunikasi dapat mengtahui maksut dan tujuan seseorang yang mengalami gangguan
pendengaran dan penglihtan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. APLIKASI KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
PENDENGARAN
Gangguan
pendengaran dapat terjadi berupa penurunan pendengaran hingga tuli. Bentuk tuli
yang selama ini dikenal ialah tuli perspektif dan tuli konduktif. Tuli
perspektif adalah tuli yang terjadi akibat kerusakan sistem saraf, sedangkan
tuli konduktif terjadi akibat kerusakan struktur panghantar rangsang suara.
Gangguan pendengaran dibagi
dalam 3 kelompok besar yaitu :
1. Conductive hearing Loss, disebabkan oleh masalah yang terjadi pada telinga luar atau tengah
dan berkaitan dengan masalah penghantaran suara.Kemungkinan penyebab bisa dari
tertumpuknya earwax atau kotoran telinga, infeksi atau pertumbuhan telinga
bagian luar, adanya lubang pada gendang telinga, penyakit yang disebut dengan
otosklerosis (yang menyebabkan rangkaian tulang-tulang pendengaran menjadi kaku
dan tidak dapat bergetar) atau faktor keturunan. Conductive hearing loss
biasanya bisa disembuhkan secara medis, namun bila tidak dapat maka alat bantu
dengar biasanya dapat membantu mengatasinya.
2. Sensorineural hearing loss, ini
adalah istilah untuk menggambarkan adanya masalah pada telinga bagian dalam,
baik di cochlea, syaraf pendengaran atau sistim pendengaran pusat (sering
disebut tuli syaraf). Gangguan dengan tipe ini bisa disebabkan oleh berbagai
hal namun kebanyakan disebabkan oleh kerusakan pada sel rambut didalam cochlea
akibat penuaan, atau rusak akibat suara yang terlalu keras. 90% gangguan
pendengaran adalah tipe Sensorineural hearing loss & jarang yang bisa
diatasi secara medis, namun seringkali alat bantu dengar dapat membantu.
3. Mixed
Hearing Loss (gangguan pendengaran campuran), dimana
kondisi gangguan pendengarannya ada unsur konduktif & sensorineural. Banyak
orang dengan gangguan pendengaran jenis ini dapat terbantu bila memakai alat
bantu dengar.
Berdasarkan
kemampuan telinga menangkap bunyi, gangguan pendengaran dikelompokkan
menjadi :
1.
Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB)
2.
Gangguan pendengaran ringan(41-55dB).
3.
Gangguan pendengaran sedang(56-70dB).
4.
Gangguan pendengaran berat(71-90dB).
5.
Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB
Pada klien
dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan
ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang di keluarkan
orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi
visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan
komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra
visualnya.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi dengan klien gangguan pendengaran
:
1. Periksa adanya
bantuan pendengaran dan kaca mata
2. Kurangi
kebisingan
3. Dapatkan perhatian
klien sebelum memulai pembicaraan
4. Berhadapan dengan
klien dimana ia dapat melihat mulut anda
5. Jangan mengunyah
permen karet
6. Bicara pada volume
suara normal - jangan teriak
7. Susun ulang kalimat
anda jika klien salah mengerti
8. Sediakan
penerjemah bahasa isyarat jika diindiksikan
Berikut
adalah tehnik-tehnik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan pendengaran :
1. Orientasikan
kehadiran diri anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan diri di depan
klien.
2. Usahakan menggunakan
bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien
membaca gerak bibir anda.
3. Usahakan
berbicara dengan posisi tepat di depan klien dan pertahankan sikap tubuh dan
mimik wajah yang lazim.
4. Tunggu sampai Anda secara langsung di depan
orang, Anda memiliki perhatian individu tersebut dan Anda cukup dekat dengan
orang sebelum Anda mulai berbicara.
5.
Pastikan bahwa individu melihat Anda pendekatan, jika kehadiran Anda mungkin
terkejut orang tersebut.
6.
Wajah-keras mendengar orang-langsung dan berada di level yang sama dengan dia
sebisa mungkin.
7. Jangan
melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu misalnya makanan
atau permen karet.
8. Jika
Anda makan, mengunyah atau merokok sambil berbicara, pidato Anda akan lebih
sulit untuk mengerti.
9. Gunakan
bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan sederhana dan perlahan.
10.
Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan.
11.
Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan
dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol).
12.
Jika orang yang memakai alat bantu dengar dan masih memiliki kesulitan
mendengar, periksa untuk melihat apakah alat bantu dengar di telinga orang.
Juga periksa untuk melihat bahwa dihidupkan, disesuaikan dan memiliki baterai bekerja.
Jika hal-hal ini baik dan orang yang masih memiliki kesulitan mendengar,
mencari tahu kapan dia terakhir memiliki evaluasi pendengaran.
13.
Jauhkan tangan Anda dari wajah Anda saat berbicara.
14.
Mengakui bahwa hard-of-mendengar orang mendengar dan memahami kurang baik
ketika mereka lelah atau sakit.
15.
Mengurangi atau menghilangkan kebisingan latar belakang sebanyak mungkin ketika
melakukan pembicaraan.
16.
Bicaralah dengan cara yang normal tanpa berteriak. Melihat bahwa lampu tidak
bersinar di mata orang tuna rungu.
17.
Jika seseorang telah memahami sesuatu kesulitan, menemukan cara yang berbeda
untuk mengatakan hal yang sama, bukan mengulangi kata-kata asli berulang.
18.
Gunakan sederhana, kalimat singkat untuk membuat percakapan anda lebih mudah
untuk mengerti.
19.
Menulis pesan jika perlu. Biarkan waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan
orang gangguan pendengaran. Berada di terburu-buru akan membawa stres semua
orang dan menciptakan hambatan untuk memiliki percakapan yang berarti.
A.Komunikasi
Teraupetik Dengan Klien Gangguan Pendengaran
a. Pra-Interaksi
“ Di Rumah
sakit X di kamar Y terdapat seorang pasien yang bernama Wahyudin
umur 13 tahun dimana ia sekarang sedang duduk di bangku kelas 2 SMP, ia
menderita penyakit gangguan pendengaran sejak kecil (tuna rungu), di rumah
sakit tersebut ia ditemani oleh ayahnya yang bernama Irawan, dimana wahyudin
tersebut sedang menjalani perawatan dengan penyakit dehidrasi, disana dia
dirawat oleh suster liska “.
b. Fase Orientasi
Nama
|
Komunikasi Verbal
|
Komunikasi Nonverbal
|
Perawat
|
Assalamualaikum pak, selamat pagi
|
tersenyum
|
Orang tua
|
Waalaikumsalam, pagi juga
|
|
Perawat
|
Pak nama saya suster liska, disini
saya akan membantu anak bapak selama dirawat,
|
|
Orang tua
|
Iya suster silahkan
|
|
Perawat
|
Bagaimana keadaan anak bapak hari
ini?
|
|
Orang tua
|
Sudah agak mendingan suster,
panasnya sudah turun
|
|
Perawat
|
wah ada perkembangan ya pak,
|
|
Orang tua
|
Iya suster.
|
|
“Suster langsung mendekati wahyudin ”
|
||
Perawat
|
Selamat pagi,
|
Sambil menyentuh pasien
|
Pasien
|
Kebingungan tidak tahu apa yang
dikatakan perawat
|
|
Perawat
|
De Wahyudin, nama saya suster
liska
|
Melakukan kontak mata dan
berbicara dengan gerakan bibir pelan
|
Pasien
|
Masih kebingungan
|
|
Perawat
|
Saya suster liska
|
Sambil menunjuk diri sendiri dan
menunjukan papan nama
|
Pasien
|
Suster liska,
|
Sambil tersenyum
|
Perawat
|
Iya saya suster liska
|
Dengan gerakan bibir pelan
|
Pasien
|
Maaf ya suster, saya gak bisa
dengar
|
Tersenyum
|
Perawat
|
Iya tidak apa-apa de,
|
Mengangguk sambil tersenyum
|
Pasien
|
Hanya tersenyum
|
c.Fase Kerja
Nama
|
Komunikasi Verbal
|
Komunikasi Nonverbal
|
Perawat
|
De, udah minum berapa gelas hari
ini ?
|
Bicara dengan bibir pelan dan
Mengambil, menunjukan gelas
|
Pasien
|
Udah suster
|
|
Perawat
|
Berapa de ?
|
Simbil menunjujkan, 1 jari, 2
jari, 3 jari
|
Pasien
|
Satu
|
Pasien menunjukan 1 jari
|
Perawat
|
Bagus
|
Memberikan jempol
|
Pasien
|
Tersenyum
|
|
Perawat
|
Nanti minum lagi ya
|
Sambil mempraktekan minum
|
Pasien
|
Mengangguk
|
|
perawat
|
Tersenyum sambil memberikan jempol
|
|
Udah makan juga?
|
sambil mengerakan tangan ke mulut
(seperti menyuap)
|
|
Pasien
|
Udah, pake bubur
|
Mengguk ,tersenyum
|
Perawat
|
Memberikan jempol lagi
|
|
Biar cepet sembuh ya
|
Mengagkat lengan, (seperti
menunjukan kekuatan)
|
|
Pasien
|
Iya suster
|
Tersenyum
|
d. Fase Terminasi
Nama
|
Komunikasi Verbal
|
Komunikasi Nonverbal
|
Perawat
|
De, suster tinggal dulu ya
|
Menyentuh pasien, menunjuk diri,
kemudian menunjuk pintu
|
Pasien
|
Iya suster
|
Sedih
|
Perawat
|
Jangan sedih
|
Menyentuh pasien, menatap mata,
Meninjukan senyum lebar
|
Nanti suster kesini lagi
|
Mmenunjuk diri sendiri, dan ke
bawah
|
|
Pasien
|
Bener ya suster
|
Senang
|
Perawat
|
Iya,
|
Tersenyum sambil mengaguk
|
Perawat
|
Suster boleh pergi
|
Sambil menunjuk pintu
|
Pasien
|
Mengangguk tersenyum
|
|
“Kemudian
perawat menghampiri orang tua pasien”
|
||
Perawat
|
Bapak, saya permisi dulu ya, kalau
ada apa-apa, panggil saya atau perawat yang lain ya pak
|
|
Orang tua
|
Iya suster pasti
|
|
Perawat
|
Ya sudah, saya permisi dulu ya
pak,Assalamualaikum..
|
Tersenyum
|
Orang tua
|
Iya suster, waalaikumsalam….
|
tersenyum
|
2.2
APLIKASI KOMUNIKASI PADA KLIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN PENGLIHATAN
Berikut adalah tehnik-tehnik yang
perlu diperhatiakn selama berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan
penglihatan :
- Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda berada didekatnya.
- Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama (dan peran) anda.
- Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara anda memegang peranan besar dan bermakna bagi klien.
- Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata – kata sebelum melakukan sentuhan pada klien.
- Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya / memutus komunikasi.
- Orientasikan klien dengan suara – suara yang terdengar disekitarnya.
- Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan / ruangan yang baru.
A. Syarat-Syarat Komunikasi Pada
Klien Dengan Gangguan Penglihatan
Dalam melakukan komunikasi
terapeutik dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan, perawat dituntut
untuk menjadi komunikator yang baik sehingga terjalin hubungan terapeutik yang
efektif antara perawat dan klien, untuk itu syarat yang harus dimiliki oleh
perawat dalam berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan
adalah :
- Adanya kesiapan artinya pesan atau informasi, cara penyampaian, dan saluarannya harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
- Kesungguhan artinya apapun ujud dari pesan atau informasi tersebut tetap harus disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius.
- Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan kepada indiviu lain pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa yang disampaikan itu merupakan sesuatu yang baik dan memang perlu serta berguna untuk sipasien.
- Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka hal ini akan sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.
- Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan disampaikan, perawat harus bersifat tenang, tidak emosi maupun memancing emosi pasien, karena dengan adanya ketenangan maka iinformasi akan lebih jelas baik dan lancar.
- Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari kegiatan komunikasi, karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuat-buat akan menimbulkan perasaan tenang, senang dan aman bagi penerima.
- Kesederhanaan artinya di dalam penyampaian informasi, sebaiknya dibuat sederhana baik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya. Meskipun informasi itu panjang dan rumit akan tetapi kalau diberikan secara sederhana, berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan informasi dengan baik.
B. Hal-Hal
Yang Perlu Diperhatikan Dalam Komunikasi Pada Klien Gangguan Penglihatan
Agar komunikasi dengan orang dengan
gangguan sensori penglihatan dapat berjalan lancar dan mencapai sasarannya,
maka perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Dalam berkomunikasi pertimbangkan isi dan nada suara
- Periksa lingkungan fisik
- Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi
- Komunikasikan pesan secara singkat
- Komunikasikan hal-hal yang berharga saja.
- Dalam merencanakan komunikas, berknsultasilah dengan pihk lain agar memperoleh dukungan.
C.Tehnik komunikasi terapeutik.
Tiap klien tidak sama oleh karena
itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda pula, diantaranya
adalah :
- Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien
menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan
masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk
mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan.
Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:
- Pandang klien ketika sedang bicara
- Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan
- Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan
- Hindarkan gerakan yang tidak perlu
- Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik
- Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
2.
Menunjukkan
penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui.
Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan
keraguan atau tidak setuju. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menerima
:
- Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan
- Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian
- Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal
- Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien.
3.
Menanyakan
pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk
mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan
dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks
sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.
4.
Mengulang
ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Dengan mengulang kembali ucapan
klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya
dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
5.
Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman,
perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan
pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu memberikan
contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.
6.
Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan
membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat
tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang
penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
7.
Menawarkan
informasi
Tambahan informasi ini memungkinkan
penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap keadaanya. Memberikan tambahan
informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah
rasa percaya klien terhadap perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh
dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan
nasehat kepada klien ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitasi klien
untuk membuat keputusan.
8.
Diam
Diam memberikan kesempatan kepada
perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode diam
memrlukan ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan
perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap
dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam
terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan .
9.
Meringkas
Meringkas
adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode
ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada
pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek
penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik
yang berkaitan.
10. Memberikan penghargaan
Memberi salam pada klien dengan
menyebut namanya, menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi
menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung
jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.
11. Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk
berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk
membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan kehadirannya,
rasa tertarik, tehnik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.
12. Menganjurkan klien unutk
menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti
klien, maka ia harus melihat segala sesungguhnya dari perspektif klien. Klien
harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika
menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala
ansietas.
D. Aplikasi Komunikasi Pada Klien
Dengan Gangguan Penglihatan
Seorang klien dengan gangguan
penglihatan sedang dirawat di Rumah Sakit Putri Hijau, Ruang VII, Kamar 6,
dengan diagnosa GGK+Cardiomegali+Retinopatia Diabetes yang tidak dapat melihat
lagi, kemudian seorang perawat datang untuk memberi obat. Pasien berusia 44
tahun, jenis kelamin perempuan, agama muslim.
Perawat: Selamat sore bu.. (dengan
suara agak keras karena si Ibu juga juga mengalami penurunan ketajaman
pendengaran sambil menyentuh lengan klien)
Klien: Iya Nak..
Perawat: Masih ingat dengan saya bu?
Klien: Siapa?
Perawat: Saya kemarin yang
menghantar ibu ke Poli Mata
Klien: Oiya, ibu ingat. Ada apa Nak?
Perawat:
Saya perawat dinas sore yang akan merawat ibu satu minggu kedepan, mulai
sekarang kalau ibu butuh sesuatu ibu bisa panggil saya ya. Nama saya perawat
Gina, dan sekarang waktunya ibu minum obat.
Klien:
Iya Nak, itu obat apa?
Perawat:
Ini vitamin untuk mata ibu, diminum sekarang ya bu..
Klien:
iya Nak.. kamu tolong ibu minumnya ya..
Perawat:
iya Bu.. ibu buka mulutnya ya, udah ditelan obatnya, ini minumnya.. minum yang
banyak ya bu supaya obatnya mudah larut.
Klien:
Terima kasih ya Nak..
Perawat:
iya bu, saya permisi dulu ya..
Klien:
iya Nak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan
perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman perbaikan emosi bagi
klien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara terapeutik dan memakai
beberapa tehnik komunikasi agar perilaku klien berubah kearah yang positif
seoptimal mungkin.
Gangguan
pendengaran dapat terjadi berupa penurunan pendengaran hingga tuli. Bentuk tuli
yang selama ini dikenal ialah tuli perspektif dan tuli konduktif. Tuli
perspektif adalah tuli yang terjadi akibat kerusakan sistem saraf, sedangkan
tuli konduktif terjadi akibat kerusakan struktur panghantar rangsang suara.
Gangguan pendengaran dibagi dalam 3 kelompok
besar yaitu Conductive hearing Loss,
Sensorineural hearing loss dan Mixed
Hearing Loss.
Pada klien dengan gangguan pendengaran, media
komunikasi yang paling sering digunakan ialah media visual. Klien menangkap
pesan bukan dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari
gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien
ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda
dapat ditangkap oleh indra visualnya.
Agar
perawat dapat berperan efektif dan terapeutik ia harus menganalisa dirinya :
kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan, kemampuan sebagai rool model.
Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan perawat verbal atau non verbal
hendaknya bertujuan terapeutik untuk klien.
Komunikasi pada
klien dengan gangguan penglihatan adalah komunikasi yang dilakukan secara
verbal maupun nonverbal. Dalam berkomunikasi dengan klien yang mengalami
gangguan penglihatan seorang perawat harus mempelajari dan memahami teknik
komunikasi yang dapat digunakan. Dengan demikian komunikasi akan terjadi dengan
baik dan pesien akan merasa puas, tidak ada keluhan tentang pelayanan, dan
memberikan persahabatan serta penyembuhan lebih cepat, disamping itu tenaga
medis dan paramedis akan merasa puas karena dapat memberikan pelayanan yang
baik dan penyembuhan.
3.2. Saran
Perawat
harus bisa menghadapi klien dengan gangguan penglihatan agar terjadi hubungan
terapeutik dengan klien. Walaupun pasien tidak dapat mendengar , perawat harus
merawat klien dengan baik dan perawat tidak boleh menyepelekan klien tersebut
dan mendahulukan kebutuhan klien lain yang tidak mengalami gangguan persepsi
sensori, khususnya gangguan pendengaran.
0 komentar:
Posting Komentar