Cursor Keren

Jumat, 30 Januari 2015

MAKALAH APLIKASI KOMUNIKASI PADA PASIEN GANGGUAN PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN



KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Aplikasi komunikasi pada pasien gangguan pendengaran dan penglihatan”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1.Latar Belakang........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
2.1. Aplikasi Komunikasi pada pasien gangguan pendengaran........................ 2
2.2. Aplikasi Komunikasi pada pasien gangguan penglihatan.......................... 8
BAB III PENUTUP......................................................................................... 16
3.1.Kesimpulan................................................................................................. 16
3.2. Saran.......................................................................................................... 16


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dewasa ini profesi perawat semakin marak.banyak yang membutuhkan tenaga perawat. Baik di Rumah sakit, balai pengobatan maupun di puskesmas. Untuk menjadi perawat yang profesional dibutuhkan keterampilan dari segi kemampuan komunikasi ataupun skill dalam merawat pasien. Agar tujuan bisa tercapai, perlu adanya komunikasi yang lancar antara pasien dengan perawat. Komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien disebut komunikasi secara terapeutik.
Tujuan dari komunikasi ini adalah membantu pasien untuk mengurangi beban perasaan dan pikiran serta mengurangi keraguan pada diri pasien. Agar pasien lebih terbuka sehingga proses penyembuhan dapat berjalan secara efektif.
Komunikasi juga dapat dilakukan oleh penderita buta dan tuli, dengan mengtahui tehnik komunikasi dapat mengtahui maksut dan tujuan seseorang yang mengalami gangguan pendengaran dan penglihtan.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1. APLIKASI KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
       PENDENGARAN
Gangguan pendengaran dapat terjadi berupa penurunan pendengaran hingga tuli. Bentuk tuli yang selama ini dikenal ialah tuli perspektif dan tuli konduktif. Tuli perspektif adalah tuli yang terjadi akibat kerusakan sistem saraf, sedangkan tuli konduktif terjadi akibat kerusakan struktur panghantar rangsang suara.
Gangguan pendengaran dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu :

1.    Conductive hearing Loss, disebabkan oleh masalah yang terjadi pada telinga luar atau tengah dan berkaitan dengan masalah penghantaran suara.Kemungkinan penyebab bisa dari tertumpuknya earwax atau kotoran telinga, infeksi atau pertumbuhan telinga bagian luar, adanya lubang pada gendang telinga, penyakit yang disebut dengan otosklerosis (yang menyebabkan rangkaian tulang-tulang pendengaran menjadi kaku dan tidak dapat bergetar) atau faktor keturunan. Conductive hearing loss biasanya bisa disembuhkan secara medis, namun bila tidak dapat maka alat bantu dengar biasanya dapat membantu mengatasinya.
2.    Sensorineural hearing loss, ini adalah istilah untuk menggambarkan adanya masalah pada telinga bagian dalam, baik di cochlea, syaraf pendengaran atau sistim pendengaran pusat (sering disebut tuli syaraf). Gangguan dengan tipe ini bisa disebabkan oleh berbagai hal namun kebanyakan disebabkan oleh kerusakan pada sel rambut didalam cochlea akibat penuaan, atau rusak akibat suara yang terlalu keras. 90% gangguan pendengaran adalah tipe Sensorineural hearing loss & jarang yang bisa diatasi secara medis, namun seringkali alat bantu dengar dapat membantu.
3.     Mixed Hearing Loss (gangguan pendengaran campuran), dimana kondisi gangguan pendengarannya ada unsur konduktif & sensorineural. Banyak orang dengan gangguan pendengaran jenis ini dapat terbantu bila memakai alat bantu dengar.
Berdasarkan kemampuan  telinga menangkap bunyi, gangguan pendengaran dikelompokkan menjadi :
1.       Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB)
2.       Gangguan pendengaran ringan(41-55dB).
3.       Gangguan pendengaran sedang(56-70dB).
4.       Gangguan pendengaran berat(71-90dB).
5.       Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB

Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang di keluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi dengan klien gangguan pendengaran :
1.  Periksa adanya bantuan pendengaran dan kaca mata
2.  Kurangi kebisingan
3. Dapatkan perhatian klien sebelum memulai pembicaraan
4. Berhadapan dengan klien dimana ia dapat melihat mulut anda
5. Jangan mengunyah permen karet
6. Bicara pada volume suara normal - jangan teriak
7. Susun ulang kalimat anda jika klien salah mengerti
8.  Sediakan penerjemah bahasa isyarat jika diindiksikan
Berikut adalah tehnik-tehnik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan pendengaran :

1. Orientasikan kehadiran diri anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan diri di depan klien.
2. Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien membaca gerak bibir anda.
3.  Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan klien dan pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim.
4.     Tunggu sampai Anda secara langsung di depan orang, Anda memiliki perhatian individu tersebut dan Anda cukup dekat dengan orang sebelum Anda mulai berbicara.
5.    Pastikan bahwa individu melihat Anda pendekatan, jika kehadiran Anda mungkin terkejut orang tersebut.
6.    Wajah-keras mendengar orang-langsung dan berada di level yang sama dengan dia sebisa mungkin.
7.    Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu misalnya makanan atau permen karet.
8.    Jika Anda makan, mengunyah atau merokok sambil berbicara, pidato Anda akan lebih sulit untuk mengerti.
9.    Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan sederhana dan perlahan.
10.     Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan.
11.     Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol).
12.     Jika orang yang memakai alat bantu dengar dan masih memiliki kesulitan mendengar, periksa untuk melihat apakah alat bantu dengar di telinga orang. Juga periksa untuk melihat bahwa dihidupkan, disesuaikan dan memiliki baterai bekerja. Jika hal-hal ini baik dan orang yang masih memiliki kesulitan mendengar, mencari tahu kapan dia terakhir memiliki evaluasi pendengaran.
13.     Jauhkan tangan Anda dari wajah Anda saat berbicara.
14.     Mengakui bahwa hard-of-mendengar orang mendengar dan memahami kurang baik ketika mereka lelah atau sakit.
15.     Mengurangi atau menghilangkan kebisingan latar belakang sebanyak mungkin ketika melakukan pembicaraan.
16.     Bicaralah dengan cara yang normal tanpa berteriak. Melihat bahwa lampu tidak bersinar di mata orang tuna rungu.
17.     Jika seseorang telah memahami sesuatu kesulitan, menemukan cara yang berbeda untuk mengatakan hal yang sama, bukan mengulangi kata-kata asli berulang.
18.     Gunakan sederhana, kalimat singkat untuk membuat percakapan anda lebih mudah untuk mengerti.
19.     Menulis pesan jika perlu. Biarkan waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan orang gangguan pendengaran. Berada di terburu-buru akan membawa stres semua orang dan menciptakan hambatan untuk memiliki percakapan yang berarti.
A.Komunikasi Teraupetik Dengan Klien Gangguan Pendengaran
a. Pra-Interaksi
“ Di Rumah sakit  X di kamar Y terdapat seorang pasien yang bernama Wahyudin  umur 13 tahun dimana ia sekarang sedang duduk di bangku kelas 2 SMP, ia menderita penyakit gangguan pendengaran sejak kecil (tuna rungu), di rumah sakit tersebut ia ditemani oleh ayahnya yang bernama Irawan, dimana wahyudin tersebut sedang menjalani perawatan dengan penyakit dehidrasi, disana dia dirawat oleh suster liska “.
b.  Fase Orientasi
Nama
Komunikasi Verbal
Komunikasi Nonverbal
Perawat
Assalamualaikum pak, selamat pagi
tersenyum
Orang tua
Waalaikumsalam, pagi juga

Perawat
Pak nama saya suster liska, disini saya akan membantu anak bapak selama dirawat,

Orang tua
Iya suster silahkan

Perawat
Bagaimana keadaan anak bapak hari ini?

Orang tua
Sudah agak mendingan suster, panasnya sudah turun

Perawat
wah ada perkembangan ya pak,

Orang tua
Iya suster.

“Suster langsung mendekati wahyudin ”
Perawat
Selamat pagi,
Sambil menyentuh pasien
Pasien

Kebingungan tidak tahu apa yang dikatakan perawat
Perawat
De Wahyudin, nama saya suster liska
Melakukan kontak mata dan berbicara dengan gerakan bibir pelan
Pasien

Masih kebingungan
Perawat
Saya suster liska
Sambil menunjuk diri sendiri dan menunjukan papan nama
Pasien
Suster liska,
Sambil tersenyum
Perawat
Iya saya suster liska
Dengan gerakan bibir pelan
Pasien
Maaf ya suster, saya gak bisa dengar
Tersenyum
Perawat
Iya tidak apa-apa de,
Mengangguk sambil tersenyum
Pasien

Hanya tersenyum

c.Fase  Kerja
Nama
Komunikasi Verbal
Komunikasi Nonverbal
Perawat
De, udah minum berapa gelas hari ini ?
Bicara dengan bibir pelan dan Mengambil, menunjukan gelas
Pasien
Udah suster

Perawat
Berapa de ?
Simbil menunjujkan, 1 jari, 2 jari, 3 jari
Pasien
Satu
Pasien menunjukan 1 jari
Perawat
Bagus
Memberikan jempol
Pasien

Tersenyum
Perawat
Nanti minum lagi ya
Sambil mempraktekan minum
Pasien

Mengangguk
perawat

Tersenyum sambil memberikan jempol

Udah makan juga?
sambil mengerakan tangan ke mulut (seperti menyuap)
Pasien
Udah, pake bubur
Mengguk ,tersenyum
Perawat

Memberikan jempol lagi

Biar cepet sembuh ya
Mengagkat lengan, (seperti menunjukan kekuatan)
Pasien
Iya suster
Tersenyum

d. Fase Terminasi
Nama
Komunikasi Verbal
Komunikasi Nonverbal
Perawat
De, suster tinggal dulu ya
Menyentuh pasien, menunjuk diri, kemudian menunjuk pintu
Pasien
Iya suster
Sedih
Perawat
Jangan sedih
Menyentuh pasien, menatap mata, Meninjukan senyum lebar

Nanti suster kesini lagi
Mmenunjuk diri sendiri, dan ke bawah
Pasien
Bener ya suster
Senang
Perawat
Iya,
Tersenyum sambil mengaguk
Perawat
Suster boleh pergi
Sambil menunjuk pintu
Pasien

Mengangguk tersenyum
“Kemudian perawat menghampiri orang tua pasien”
Perawat
Bapak, saya permisi dulu ya, kalau ada apa-apa, panggil saya atau perawat yang lain ya pak

Orang tua
Iya suster pasti

Perawat
Ya sudah, saya permisi dulu ya pak,Assalamualaikum..
Tersenyum
Orang tua
Iya suster, waalaikumsalam….
tersenyum
 
2.2 APLIKASI KOMUNIKASI PADA KLIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN PENGLIHATAN
Berikut adalah tehnik-tehnik yang perlu diperhatiakn selama berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan :
    1. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda berada didekatnya.
    2. Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama (dan peran) anda.
    3. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara anda memegang peranan besar dan bermakna bagi klien.
    4. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata – kata sebelum melakukan sentuhan pada klien.
    5. Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya / memutus komunikasi.
    6. Orientasikan klien dengan suara – suara yang terdengar disekitarnya.
    7. Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan / ruangan yang baru.
A. Syarat-Syarat Komunikasi Pada Klien Dengan Gangguan Penglihatan
Dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan, perawat dituntut untuk menjadi komunikator yang baik sehingga terjalin hubungan terapeutik yang efektif antara perawat dan klien, untuk itu syarat yang harus dimiliki oleh perawat dalam berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan adalah :
  1. Adanya kesiapan artinya pesan atau informasi, cara penyampaian, dan saluarannya harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
  2. Kesungguhan artinya apapun ujud dari pesan atau informasi tersebut tetap harus disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius.
  3. Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan kepada indiviu lain pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa yang disampaikan itu merupakan sesuatu yang baik dan memang perlu serta berguna untuk sipasien.
  4. Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka hal ini akan sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.
  5. Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan disampaikan, perawat harus bersifat tenang, tidak emosi maupun memancing emosi pasien, karena dengan adanya ketenangan maka iinformasi akan lebih jelas baik dan lancar.
  6. Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari kegiatan komunikasi, karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuat-buat akan menimbulkan perasaan tenang, senang dan aman bagi penerima.
  7. Kesederhanaan artinya di dalam penyampaian informasi, sebaiknya dibuat sederhana baik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya. Meskipun informasi itu panjang dan rumit akan tetapi kalau diberikan secara sederhana, berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan informasi dengan baik.
B. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Komunikasi Pada Klien Gangguan Penglihatan
Agar komunikasi dengan orang dengan gangguan sensori penglihatan dapat berjalan lancar dan mencapai sasarannya, maka perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  1. Dalam berkomunikasi pertimbangkan isi dan nada suara
  2. Periksa lingkungan fisik
  3. Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi
  4. Komunikasikan pesan secara singkat
  5. Komunikasikan hal-hal yang berharga saja.
  6. Dalam merencanakan komunikas, berknsultasilah dengan pihk lain agar memperoleh dukungan.
C.Tehnik komunikasi terapeutik.
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda pula, diantaranya adalah :
  1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:
  • Pandang klien ketika sedang bicara
  • Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan
  • Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan
  • Hindarkan gerakan yang tidak perlu
  • Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik
  • Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
2.      Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menerima :
  • Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan
  • Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian
  • Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal
  • Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien.
3.      Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.
4.      Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
5.      Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.
6.      Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.

7.      Menawarkan informasi
Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap keadaanya. Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah rasa percaya klien terhadap perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasehat kepada klien ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.
8.      Diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode diam memrlukan ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan .
9.      Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
10.  Memberikan penghargaan
Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.

11.  Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, tehnik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.
12.  Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesungguhnya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas.
D. Aplikasi Komunikasi Pada Klien Dengan Gangguan Penglihatan
Seorang klien dengan gangguan penglihatan sedang dirawat di Rumah Sakit Putri Hijau, Ruang VII, Kamar 6, dengan diagnosa GGK+Cardiomegali+Retinopatia Diabetes yang tidak dapat melihat lagi, kemudian seorang perawat datang untuk memberi obat. Pasien berusia 44 tahun, jenis kelamin perempuan, agama muslim.
Perawat: Selamat sore bu.. (dengan suara agak keras karena si Ibu juga juga mengalami penurunan ketajaman pendengaran sambil menyentuh lengan klien)
Klien: Iya Nak..
Perawat: Masih ingat dengan saya bu?
Klien: Siapa?
Perawat: Saya kemarin yang menghantar ibu ke Poli Mata
Klien: Oiya, ibu ingat. Ada apa Nak?
Perawat: Saya perawat dinas sore yang akan merawat ibu satu minggu kedepan, mulai sekarang kalau ibu butuh sesuatu ibu bisa panggil saya ya. Nama saya perawat Gina, dan sekarang waktunya ibu minum obat.
Klien: Iya Nak, itu obat apa?
Perawat: Ini vitamin untuk mata ibu, diminum sekarang ya bu..
Klien: iya Nak.. kamu tolong ibu minumnya ya..
Perawat: iya Bu.. ibu buka mulutnya ya, udah ditelan obatnya, ini minumnya.. minum yang banyak ya bu supaya obatnya mudah larut.
Klien: Terima kasih ya Nak..
Perawat: iya bu, saya permisi dulu ya..
Klien: iya Nak.






BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar  bersama dan pengalaman perbaikan emosi bagi klien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara terapeutik dan memakai beberapa tehnik komunikasi agar perilaku klien berubah kearah yang positif seoptimal mungkin.
Gangguan pendengaran dapat terjadi berupa penurunan pendengaran hingga tuli. Bentuk tuli yang selama ini dikenal ialah tuli perspektif dan tuli konduktif. Tuli perspektif adalah tuli yang terjadi akibat kerusakan sistem saraf, sedangkan tuli konduktif terjadi akibat kerusakan struktur panghantar rangsang suara.
Gangguan pendengaran dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu Conductive hearing Loss, Sensorineural hearing loss dan Mixed Hearing Loss.
Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.
Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik ia harus menganalisa dirinya : kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan, kemampuan sebagai rool model. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan perawat verbal atau non verbal hendaknya bertujuan terapeutik untuk klien.
Komunikasi pada klien dengan gangguan penglihatan adalah komunikasi yang dilakukan secara verbal maupun nonverbal. Dalam berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan seorang perawat harus mempelajari dan memahami teknik komunikasi yang dapat digunakan. Dengan demikian komunikasi akan terjadi dengan baik dan pesien akan merasa puas, tidak ada keluhan tentang pelayanan, dan memberikan persahabatan serta penyembuhan lebih cepat, disamping itu tenaga medis dan paramedis akan merasa puas karena dapat memberikan pelayanan yang baik dan penyembuhan.
3.2. Saran
Perawat harus bisa menghadapi klien dengan gangguan penglihatan agar terjadi hubungan terapeutik dengan klien. Walaupun pasien tidak dapat mendengar , perawat harus merawat klien dengan baik dan perawat tidak boleh menyepelekan klien tersebut dan mendahulukan kebutuhan klien lain yang tidak mengalami gangguan persepsi sensori, khususnya gangguan pendengaran.

 

0 komentar:

Posting Komentar