Cursor Keren

Selasa, 03 Februari 2015

MAKALAH TENTANG IBNU QOYIM



BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Berbicara mengenai perubahan tentu sudah dapat terbayangkan terjadinya dari hal yang positif ke negatif atau sebaliknya dari negatif ke positif,namun itu semua tidak mudah tentunya akan mendapatkan hambatan dan sebuah tantangan. Dalam konteks untuk menemukan konsep pendidikan Islam ideal, maka menjadi tanggung jawab moral bagi setiap pakar muslim untuk membangun teori Islam sebagai paradigma ilmu pendidikan. Islam sebagai paradigma pendidikan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan paradigma-paradigma lainnya yang mendasari konsep-konsep pendidikan. Dewasa ini khususnya di Indonesia sistem pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah merupakan bentuk adopsi sistematik dari sistem pendidikan barat sekuler. (lihat, Ismail SM,,et al, 2001: 3)
Diantara peliknya berbagai persoalan besar, ia dihadapkan pula pada berbagai persoalan tantangan dan prospek ke depan. Mampukah Pendidikan Islam keluar dari peliknya permasalah tersebut dan ikut ambil bagian secara aktif dalam hiruk-pikuknya lalu-lintas perubahan intelektual dan ghazwul fikr, perang pemikiran terutama antar barat dan timur (baca: Islam dan non-Islam). Berbicara tentang Pendidikan Islam atau pendidikan yang ada dan berkembang di Negara-negara Muslim pada abad XXI, baik sistem, tujuan sampai pada dataran operasionalnya masih menjadi bahan kajian di kalangan para ahli pendidikan Islam.

Menurut Ismail SM. (2001: 275), bahwa ada beberapa faktor yang ditengarai menjadi penyebab munculnya silang pemikiran tersebut yakni pertama, pendapat yang menyatakan bahwa pendidikan Islam yang sekarang dikembangkan baik sistem maupun substansinya adalah cenderung diadopsi dari Barat. Kalaupun muncul gagasan-gagasan baru yang lahir dari pemikir-pemikir Muslim, hal tersebut dianggap hanya bersifat penutup belaka. Dengan kata lain, melepaskan diri sama sekali dari pengaruh Barat adalah suatu hal tidak mungkin. Harus diakui bahwa sebagian besar Negara Islam masih merupakan Negara Dunia ketiga (miskin atau masih berkembang), yang saat ini masih tertinggal beberapa langkah dari kemajuan yang dicapai oleh Negara-negara Barat yang mau tidak mau jalur tersebut harus dilalui oleh Negara Muslim. Kedua, karya-karya klasik pada masa kejayaan Islam yang merupakan pemikiran pendidikan Islam yang komprehensif cukup jarang dijumpai.
Jauh sebelum Sigmund Freud, Erikson, Hurlock,Vygotski, Kohlberg, Jean Piaget, ataupun penulis-penulis barat memunculkan pemikirannya tentang perkembangan sosial, bahasa, moral dan kognitif serta pendidikan anak, Al-Ghazali dan Ibnu Qayyim telah lebih dahulu merumuskan tentang konsep pendidikan anak. Konsep pendidikan mereka banyak mengilhami pemikiran-pemikiran para intelektual, praktisi pendidikan, maupun cendekiawan Muslim di seluruh dunia, khususnya di Indonesia. Nurman Said (1992: 87) menyatakan bahwa karya-karya Al-Ghazali memiliki pengaruh yang kuat terhadap pendidikan di Indonesia khususnya di kalangan kaum tradisionalis.
Para pemikir muslim, baik pada periode klasik, seperti ibnu Sina, Ibnu Rusyd, al-Ghazali, al-Farabi dan Ibnu Khaldun, pada zaman modern semisal al-Tahthawi, Muhammad Abduh, Islamil Raji al-Faruqi, banyak menulis pemikir-pemikiran yang ada kaintannya dengan pendidikan Islam. Namun demikian, oleh karena keterbatasan kemampuan dan literatur, penulis tidak bermaksud untuk membahas keseluruhan pemikiran bersama dengan nama-nama para tokoh di atas. Dengan tanpa mengurangi nilai kontribusi mereka di bidang pendidikan, penulis hanya menuliskan beberapa nama tokoh dengan pemikirannya baik yang termasuk pada zaman klasik maupun yang modern. Dari dua era yang berbeda ini penulis kira dapat melihat trend pemikiran pendidikan yang pernah dituangkan oleh para pemikir muslim dari zaman ke zaman.

Penelitian terhadap para pakar pendidikan telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti di dalam maupun di luar negeri. Hasil penelitiannya dalam bentuk skripsi, tesis maupun disertasi, bahkan telah dipublikasikan dalam bentuk buku. Tokoh-tokoh pendidikan Islam yang dijadikan obyek penelitian adalah ulama-ulama hadis, fiqih, filsafat Islam dan tasawuf Islam. Akan tetapi belum banyak dilakukan penelitian terhadap konsep pendidikan Ibn Qayyim, seorang pembaharu yang hidup di abad pertengahan.
Konsep kependidikannya dituangkan dalam buku-bukunya, tetapi di kalangan dunia pendidikan belum mengenalnya sebagai tokoh pendidikan. Ia lebih dikenal sebagai tokoh pembaharu dalam bidang aqidah dan fiqih, diakui sebagai ahli tafsir, ahli usul fiqih, dan ahli bahasa. Para ulama yang dikategorikan sebagai tokoh pendidikan yang hidup sebelum Ibn Qayyim banyak jumlahnya. Mereka banyak sumbangannya dalam pengembangan pemikiran pendidikan Islam. Diantara mereka ada yang menulis buku-buku dan risalah-risalah khusus mengenai pendidikan (Hasan Langgulung, 1988:31).
Oleh karena itu, kajian dalam makalah ini penulis batasi pada kajian tentang konsep pendidikan Islam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah yang dikaitkan dengan kondisi pendidikan sekarang sejauhmana relevansinya.

0 komentar:

Posting Komentar